Perkembangan Televisi di Era Digital
Perkembangan teknologi semakin berkembang pesat dari masa ke masa. Dengan Adanya teknologi, kehidupan kita semakin terbantu, dari kebutuhan komunikasi, transportasi, hingga hiburan. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat terasa dampaknya yaitu salah satunya pada bidang penyiaran di Indonesia. Sehingga memunculkan fenomena baru yakni konvergensi. Konvergensi sendiri bisa dikatakan bergabungnya media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. Teknologi komunikasi dan informasi baru (new media) lambat laun mengambil alih hampir semua kemampuan yang dimiliki oleh media konvensional, bahkan pada titik tertentu new media memberikan lebih dari apa yang bisa diberikan oleh media konvensional. Hal ini menjadikan sebuah fenomena di mana teknologi komputer dan internet yang bersifat interaktif membaur dengan teknologi media komunikasi konvensional yang bersifat masif. Televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang cukup fenomenal pada masa penemuannya, karena bisa menggabungkan unsur-unsur audio dan visual secara sekaligus.
Penemuan televisi ini banyak membawa perubahan tidak hanya pada perkembangan teknologinya saja, tetapi juga membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat atau khalayaknya. Pengaruh ke dalam berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat bisa dipengaruhi oleh televisi, seperti misalnya pengaruh terhadap budaya masyarakat, pendidikan, ekonomi, kehidupan sosial, dan lainnya. Sejalan dengan perkembangannya, televisi juga telah bertransformasi atau mengubah bentuknya, baik dari sisi informasi yang diberikan kepada khalayak atau dari sisi teknologi internal di dalam televisi itu sendiri. Televisi saat ini telah berkembang ke dalam berbagai bentuk, seperti televisi yang menggunakan sistem satelit, jaringan, maupun sistem digital. Sistem digital televisi ini adalah salah satu isu yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia, karena sebelumnya terdapat peraturan bahwa di Indonesia pada 2018 semua televisi harus meninggalkan sistem analog dan berpindah ke sistem digital.
Era Konvergensi Media
Perkembangan teknologi saat ini telah membawa kita ke dalam suatu era, yaitu era konvergensi media. Konvergensi media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi, namun juga termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari informasi baru (Jenkins, 2006). Selanjutnya terjadilah konvergensi media yang salah satunya menghasilkan televisi lokal. Televisi lokal muncul pada era otonomi daerah dan diperkuat setelah dikeluarkannya UndangUndang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat dan pemberdayaan institusi lokal yang salah satu bentuknya adalah media massa lokal dan media massa yang non-pemerintah.
Media massa lokal non-pemerintah sangat dibutuhkan saat itu mengingat terdapat hegemoni media massa yang tersentralisasi ke pusat dan seringkali dijadikan corong bagi pemerintahan pusat atau komunikator yang berada di level atas untuk menyuarakan pendapatnya. Media penyiaran televisi lokal adalah cermin bagi penyelenggaraan permerintahan di daerah dan juga sebagai media untuk perkembangan budaya lokal. Sejak adanya otonomi daerah dan diberlakukannya undang-undang pendukung terciptanya televisi lokal, keberadaan televisi lokal semakin banyak. Hingga saat ini jumlah televisi lokal yang terdaftar ke dalam Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) sekitar 44 televisi lokal yang tersebar di seluruh Indonesia. ATVLI merupakan sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002. Daftar yang ada tentang televisi lokal tentu saja belum mewakili jumlah televisi lokal secara keseluruhan, karena banyak televisi lokal yang belum atau tidak mendaftarkan diri ke dalam ATVLI (ATVLI, 2013).
Televisi Lokal: Sejarah dan Perkembangannya
Tv era 1930
TV pada era 1930-an memiliki bentuk seperti radio. Karena pada era ini keberadaan radio masih sangat populer, dan memiliki tv dengan ukuran 14 inch sudah sangat mewah pada saat itu.
Tv era 1950
Pada era 1950-an tv mulai berkembang. Jumlah penggemar tv sudah mulai meningkat dibandingkan radio. Tv berwarnapun sudah mulai ada, namun yang bisa memilikinya hanya kelas menengah atas.
Tv era 1970
Pada era 1970-an perkembangan tv semakin pesat, bukan hanya itu, acara-acara tv juga semakin banyak. Maka dari itu pada tahun ini tv dilengkapi dengan VCR atau Video Casette Recorder, yang bisa digunakan untuk merekam siaran tv favorit saat itu.
Tv era 1980
Pada era 1980-an, tv kabel sudah mulai bermunculan dan semakin populer dan menyebar dengan cepat. Tv kabel sendiri berawal dari seorang warga Amerika yang sedang meninggikan antena tvnya agar bisa mendapat saluran tv yang jernih. Namun tanpa sengaja, dia bisa mendapat siaran lain dari lain kota. Maka dari itu muncullah tv kabel di era ini.
Digitalisasi Pertelevisian di Indonesia
Digitalisasi televisi sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi media massa yang diawali dengan pembentukan televisi itu sendiri. Secara harfiah televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (penglihatan). Sebelum istilah televisi pertama kali muncul pada bulan Juni 1907 dalam majalah Scientific American, pada tahun 1897 Karl Ferdinand Braun membuat Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama dengan layar yang bercahaya bila terkena sinar. Penemuannya ini kemudian berkembang menjadi televisi layar tabung. Bersamaan dengan munculnya istilah televisi untuk pertama kali, pada tahun yang sama, Campbell Swinton serta Boris Rosing memanfaatkan sinar katoda untuk mengirim dan memindahkan gambar (Werner dan James W Tankard, 2005).
Tv era 2010 Makin berkembangnya jaman, teknologipun semakin canggih. Tv di era ini atau bisa dikatakan diera sekarang ini, memang hanya inovasi dari tv era sebelumnya. Hanya saja, ada beberapa fitur tambahan yang membuatnya semakin canggih. Seperti adanya 3DTV yang saat ini sedang populer. Selain tampilan tv yang leboh modern, gambar yang dihasilkan pun semakin jernih dan dilengkapi dengan 3 dimensi yang membuat seakan-akan tampilan tv nyata.
Digitalisasi informasi berdampak pula pada perkembangan media massa. Televisi digital merupakan salah satu bentuknya. Pada prinsipnya digitalisasi televisi mengubah cara sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital. Aplikasi digitalisasi ini di antaranya diterapkan pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan penyuntingan, perekaman, dan penyimpanan data. Untuk mendukung digitalisasi televisi ini dibutuhkan waktu dan berbagai perangkat-perangkat khusus seperti multipleks dan set top box. Multipleks merupakan perangkat yang mengubah sistema analog ke digital. Penyedia perangkat multipleks ini merupakan lembaga-lembaga yang telah ditunjuk pemerintah untuk menyediakan perangkat multipleks ini. Set top box merupakan perangkat yang digunakan untuk menangkap sinyal digital ke pesawat televisi. Set top box biasanya digunakan di rumah-rumah untuk memungkinkan teknologi televisi menjadi digital. Pada gambar 1, diperlihatkan gambaran mengenai siaran televisi digital. Peralihan konsep analog ke digital ini memerlukan perangkat-perangkat yang baru, meskipun bentuk media massanya tetaplah televisi. Namun, pengadaan perangkat pendukung digitalisasi televisi ini tidaklah murah dan mudah untuk diaplikasikan.
Ketua kelompok: Nisrina Nabilah (1101228091)
Anggota kelompok:
- Diendila Fadilah (1101228092)
- Gusti Putra Aji (1101228087)
- Mega Widia Putri (1101228099)
- Rico Dwi Fauzi (1101228084)