Satelit Palapa

Satelit Palapa
Satelit Palapa

Satelit merupakan benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak di sekitar planet tertentu sambil melacak planet di orbit pada siklus rotasi dan rotasi tertentu. Satelit  adalah benda luar angkasa non-artifisial yang mengorbit  planet atau benda  yang lebih besar dari dirinya sendiri. Misalnya, bulan adalah satelit bumi. Fungsinya yaitu untuk memberikan cahaya di malam hari. Berpengaruh pada keseimbangan air laut. Memancarkan sinyal televisi, telepon genggam, dan internet. Memancarkan dan menerima sinyal komunikasi.

Empat puluh empat tahun yang lalu, pada tanggal 8 Juli 1976, Indonesia adalah yang pertama membawa satelit nasionalnya sendiri, satelit Palapa. Satelit Parapa diluncurkan oleh roket Delta 2914 NASA dari Kennedy Space Center di Cape Canaveral, AS, kemudian terbang di ketinggian 30.500 kilometer pada 83 derajat bujur timur. Satelit Parapa Generasi A memiliki 12 transponder (perangkat yang memungkinkan  komunikasi dua arah) dengan kapasitas 6000 sambungan suara atau 12 saluran TV. Parapa memiliki tinggi 3,7 meter, diameter 1,9 meter, dan berat 574 kg. Satelit Palapa diharapkan dapat mengoptimalkan transmisi sinyal komunikasi di  kepulauan Indonesia dan menjangkau negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.

Keberadaan Palapa telah mendorong Indonesia ke pentas dunia, menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia dan negara berkembang pertama yang berhasil mengoperasikan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Indonesia mengungguli negara-negara Eropa dan Asia lainnya, dengan hanya  dua negara yang saat ini memiliki sistem satelit domestik, Amerika Serikat dan Kanada. Tak pelak, hal ini menjadikan Indonesia sebagai pionir di kawasan ASEAN, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga menggunakan pancaran sinyal satelit Palapa. 

Satelit Palapa dioperasikan oleh Perusahaan Telekomunikasi Umum (Perumtel) atau sekarang PT Telkom Indonesia, dan diproduksi oleh Boeing Satellite Systems (sebelumnya Hughes Space and Communication Company). Satelit Palapa yang diluncurkan saat itu adalah generasi A1 dengan periode orbit 7 tahun. Kemudian, generasi lainnya muncul, tetapi karena waktu  yang terbatas, beberapa diantaranya menjadi tidak dapat digunakan dan digantikan oleh yang lain. Sampai dengan tahun 2020, tercatat ada 11 satelit Palapa yaitu, Palapa A1 (1976), Palapa A2 (1977), Palapa B1 (1983), Palapa B2 (1984), Palapa B2P (1987), Palapa B2R (1990), Palapa B4 (1992), Palapa C1 (1996), Palapa C2 (1996), Palapa D (2009), serta Palapa N1 ___ yang gagal mengorbit setelah diluncurkan dari Xichang Satellite Launch Center (XLSC) di Xichang, China, pada 2020 lalu dan rencananya akan dioperasikan oleh PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS).

Nama Palapa sendiri berasal dari sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit pada tahun 1336. Ia memutuskan untuk tidak berhenti menghina dan berpuasa sebelum mempersatukan wilayah nusantara. Sesuai sumpah Gajah Mada, satelit Palapa merupakan alat yang ampuh untuk mengintegrasikan nusantara yang  luas dengan mengurangi jarak antar wilayah untuk mendukung pembangunan negara. Karena “jarak” yang dekat, Palapa memungkinkan gerbang informasi  pemerintah. Setiap kali terjadi masalah, Anda tidak perlu menunggu  lama untuk mendapatkan informasi yang valid, yang memungkinkan langkah penyelesaian  lebih cepat. 

Proyek Palapa yang menelan biaya Rp 561 miliar saat itu, membawa manfaat  komunikasi dan penyiaran yang besar bagi masyarakat Indonesia. Palapa tidak hanya mendukung layanan telepon, telex, telegram, dan faks antarkota di Indonesia, tetapi juga merupakan infrastruktur utama untuk menyampaikan program televisi nasional yang ditonton masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Selain Televisi Republik Indonesia (TVRI), Palapa juga berperan dalam munculnya saluran televisi swasta di Indonesia. Berkat Palapa, bersama Radio Republik Indonesia (RRI), stasiun radio swasta  dapat menjangkau jaringan radio di banyak kota dengan satu jangkauan.

Generasi Palapa sebelumnya telah digantikan oleh generasi satelit komunikasi yang lebih kuat, seperti Telkom-2 yang diluncurkan pada tahun 2005. Hal ini dapat digunakan tidak hanya sebagai tulang punggung untuk dial-in (DLD), dial-in internasional (IDD), Internet dan transmisi  komunikasi militer, tetapi juga  untuk siaran televisi, radio dan panggilan konferensi. Termasuk akses Internet, pembelajaran jarak jauh, bisnis VSAT (Very Small Apartment Terminal) untuk perbankan dan pertambangan.

Yuk kenalan lebih jauh dengan program studi S1 Teknik Telekomunikasi dan kunjungi laman website official ITTelkom Jakarta ya!

Ditulis oleh Izza Raudha Alwafa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *